Keterbatasan Manusia Dengan Batas Dirinya

Apa yang mungkin disadari sebagai manusia yang penuh dengan makna? Apakah kemudian kita bisa bertanya pada diri sendiri tentang apa yang kita pahami. Penyadaran tentang siapa diri kita, merupakan penyadaran yang mungkin tidak pernah dihadapkan pada orang-orang yang tidak atau mungkin hampir tidak pernah memikirkan konstruksi pemikiran. Bahasa ini terlalu terbatas untuk mengeksplorasi bentuk pikiran itu sendiri.

Tentu ini berkaitan dengan apa yang terbatas pada pemikiran kita, pada jari-jari yang mengetik hal ini. Apakah kemudian mungkin kita tau kemana arah pengetahuan kita sendiri. Tentu dengan pelbagai permasalahan hidup yang terus bergerak memiliki tantangan yang tidak baik untuk menjadi manusia. Kita berbatas pada ruang dan waktu sebenarnya. Karena hakikat keberadaan kita hanya bisa didefinisikan sebagai manusia ketika kita dianggap sebagai manusia. Yang sama dengan yang lain, yang makan, yang berpikir, yang juga mengatakan apa yang penting untuk kita sadari.

Bahkan, ketika kita tidak lagi memiliki waktu yang tepat untuk memahami kehidupan, kita akan selesai dengan begitu-begitu saja. Akankah kita sebenarnya tidak menyadari bahwa kita terbatas oleh ketubuhan, pemikiran, dan juga cara berpikir kita? Toh akhirnya segala argumentasi adalah bagian penting untuk memahami bahwa kita ada, dan bukan ketiadaan. Bagaimana menginfluent manusia untuk sdadar sebagai manusia yang entah akan seperti apa pada akhirnya. Tentu ini berakibat pada apa yang kita sebut sebagai keterbatasan, bahwa diri ini terbatas, maka kita membutuhkan orang lain untuk memahami batas lain. Melebarkan horizon, dan menjadi lebih bijaksana. Apakah kita ini cukup dengan pengetahuan kita? Toh ukurannya bukan pada betul atau tidak dalam perspektif kesadaran masyarakat, namun dari bagaimana kita memahami diri yang terus terbiasa memperbaiki diri.

Leave a comment