Mari Belajar kepada Pekerja Kasar

pekerjawanita
Pekerja wanita. Sumber : di sini

Berjalan sepanjang jalan menuju kampus cukup membuat hati ini menjadi lebih dituntut untuk merasa apa yang sebenarnya harus dirasakan setiap orang. Dengan mobil, menaikinya kemudian menjadi lebih sombong untuk orang lain melihatnya. Seperti pamer, bahkan pamer itu sendiri. Sedangkan para pekerja kasar masih saja mengerjakan apa yang bisa mereka kerjakan untuk hidup hari ini. Demi sesuap nasi, misalkan, demi masa depan yang masih sama saja di mata mereka. Kita tinggal melihat beberapa tahun mendatang bagaimana kehidupan mereka, apakah semakin baik, atau malah tidak karuan hasilnya. Siapa yang akan bisa menebak kehidupan manusia?

Pekerja kasar, bagi pandangan saya, merupakan mereka yang bekerja dengan tenaga, dan lebih memilih bertahan di sebuah pekerjaan karena tidak ada pekerjaan lain yang lebih baik daripada pekerjaan yang dijalaninya sekarang. Ini berbeda dengan konsepsi para pekerja yang hanya sekedar bekerja dan mencoba peraduan, walaupun pada dasarnya, mereka yang mencoba peraduan juga menjadi pekerja kasar. Mereka yang menjadi menjadi pekerja kasar, cenderung lebih taat pada sistem yang ada, dan tidak akan berinovasi, meskipun ada kesempatan untuk menjalani sebuah inovasi.

Mereka hari ini masih saja menjalani kehidupan, tanpa mereka, sektor-sektor mikro seperti petani, perbaikan jalan, pembangunan gedung, dan banyak sektor sipil lain yang dikerjaan, tidak akan jadi. Inilah jasa para pekerja kasar, yang sebenarnya sangat menopang kehidupan kita. Andaikan semua orang berfikir menjadi direktur, kemudian semua mendapatkan kesempatan yang sama, niscaya tidak akan ada negara dengan bangunan, semua orang bisa menjadi direktur. Konsep kapitalis. Mereka yang memiliki modal, pasti akan menguasai pasar, dan memperdaya kehidupan orang lain, mengontrol perut bawahannya, dan memikirkan diri dan keluarganya. Kejam? Biasakanlah.

Soal jaminan kesehatan, soal sosialita, soal penghidupan, merupakan bagian dari pekerja kasar. Mereka memiliki itu, mereka memilih untuk mengurai ber’cinta’ untuk mendapatkan penghasilan lebih, atau bahkan orientasinya sudah mencapai pada “uang adalah segalanya.” Tanpa uang kita tidak akan mendapatkan apa yang kita inginkan. Konsepsi tentang kedunia-an yang lebih mendasar, sifat dasar manusia, hawa nafsu. Bahwa harta adalah penolong setiap manusia.

Pekerja kasar yang menyadari hal ini akan membentuk pemikirannya ke tingkat yang lebih dalam. Menuju penghidupan haqiqi, kehidupan setelah kehidupan dunia. Ada yang menyebutnya nirwana, akhirat, dunia setelah kematian. Orang-orang seperti ini akan menyadari betapa tidak pentingnya kehidupan ini kecuali mempersiapkan menuju tempat-tempat yang menurut mereka baik untuk kehidupan abadinya. Karena beberapa kepercayaan dan agama menerangkan secara jelas, hanya manusia yang lebih memilih menggunakan rasio pikir untuk mengupas sesuatu.

Inilah yang harus menjadi pembelajaran bagi pekerja-pekerja yang tidak kasar yang mementingkan kehidupan dunianya. Kita tidak tahu kapan kita akan bertemu dengan ajal, seandainya setelah mati tidak diketahui kemana kita akan pergi, tentu kita lebih memilih kawin, bersenang-senang dengan dunia, dan berkehidupan foya-foya.

Selamat bekerja, tetap semangat, dan jangan lupa bahagia.

One thought on “Mari Belajar kepada Pekerja Kasar

Leave a comment