Membawa Mahasiswa Pada Wilayah Yang Entah Seperti Apa

Begini, mungkin pembelajaran yang saya berikan hampir-hampir tidak menyentuh teknis yang begitu runtut layaknya membuat kue, atau membuat suatu masakan. Tapi pada akhirnya teknis hanyalah bentuk teknis dari kehidupan. Semua begitu runtut untuk dihadapkan pada tingkatan yang tidak penting. Teknis hanya sekedar bentuk dari keseharian yang kita alami. Layaknya kita makan, mengambil nasi, mengambil lauk, mengambil sendok, kemudian makan. Seteknis itu makan sebenarnya.

Tapi apabila kita runtut lebih jauh sebenarnya perihal makan akan dapat dipertanyakan pada wilayah yang filosofis, apakah memang makan itu penting. Apakah memang kita harus makan, kalopun harus makan, makanan seperti apa yang akhirnya perlu kita sadari untuk dimakan, bagaimana cara kita makan, apa yang sebenarnya ingin kita kejar dalam makan. Begitu seterusnya sampai tidak tau lagi pertanyaan macam apa yang akan muncul.

Itu yang saya pikir penting untuk menerapkan pada mahasiswa tingkat S1, memikirkan ulang hal-hal teknis yang sebenarnya tidak terlalu diperhatikan. Boleh dibilang itu merupakan hal mendasar untuk seseorang melakukan sesuatu. Maka, dengan mempertanyakan apa yang telah dipelajari, membawa mahasiswa pada tingkatan kebingungan, akan terus memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri. Disamping memang mereka yang tidak suka belajar akan cenderung menggerutu karena apa yang disampaikan tidak jelas kemana arahnya.

Memang sebenarnya kita ini hidup dalam ketidakjelasan dan ketidakpastian, kan? Toh apa yang pasti di dunia ini hanyalah kematian, dan waktu yang akan membuktikan kapan kita akan menyelesaikan kehidupan. Maka, dengan bentuk ketidakjelasan dalam kehidupan kita bisa melihat lebih jauh tentang materi-materi yang diajarkan. Apakah memang perlu kita kritisi dalam wilayah yang bisa didalami, ataukah dibiarkan begitu saja dan membusuk bersama pengetahuan matematika ketika SMP dan SMA lain. Trigonometri, Integral, Aljabar? Bukankah sebenarnya aplikasi dalam kehidupanlah yang penting untuk dapat memahami kehidupan kita sendiri.

Hal ini terkadang menadi niat baik yang dianggap buruk dalam praktik. Apa yang sudah kita lakukan sepertinya tidak penting juga untuk diperhatikan. Toh memang cuan lebih penting untuk menyambung hidup, dibandingkan mengembangkan pengetahuan. Tapi dengan pengetahuan yang runtut, sepertinya kehidupan akan lebih mudah dilihat polanya. Tentu untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan. Begitu kira-kira kalo mahasiswa bertanya, mengapa pengajaran tidak begitu jelas. Toh kita akan jelas sendiri dalam ketidakjelasan.

Leave a comment